Welcome to our website !

Tulis Tangan

RANDOM CONTENT FOR NORMAL'S HEAD

WILL BE YOUR FAVORITE CLICHE

WILL BE YOUR FAVORITE CLICHE
21+
Lion and son

Menilik tentang "apa itu kebun binatang?" dan "apa sebenarnya fungsi dari kebun binatang?". Bagi sebagian orang atau bahkan masih banyak orang yang beranggapan bahwa kebun binatang adalah media edukasi yang riil bagi anak-anak mereka, tempat yang menyenangkan untuk di kunjungi di akhir pekan. Ada pula yang berpendapat bahwa kebun binatang adalah sebuah penangkaran bagi hewan yang terancam punah, mereka di selamatkan, di jaga kesehatannya dan di kembang biakan.

Namun, banyak aktivis hewan yang percaya bahwa akan selalu lebih banyak kontra ketika pembahasan tentang kebun binatang datang. Kontra selalu lebih banyak saat para aktivis hewan mulai berbicara mengenai hak-hak hewan-hewan tersebut, mulai dari hak pangan, hak berburu, hingga hak ber-insting.

Menjadi Media Edukasi (?)

Pada dasarnya, manusia adalah mahluk "terhaus" di alam semesta, segala sesuatu akan selalu terasa tidak cukup, sama halnya seperti merekayasa habitat bagi hewan-hewan yang seharusnya di alam liar. Menyulap lahan terbatas untuk menampung banyak jenis hewan. Ini berangkat dari rasa penasaran yang meningkat saat rasa tidak puas jika hanya teredukasi dari buku atau tayangan televisi. Tergugah untuk melihat langsung dalam ukuran dan bentuk yang lebih nyata. Ini bukan hal yang salah, namun, menjadi salah ketika harus mengorbankan hewan-hewan tersebut demi memuaskan hasrat penasaran manusia.
Jika menilik kembali bagaimana hewan-hewan liar bisa berada di dalam kandang di tengah kota, pasti melewati proses yang sangat panjang. Proses pemisahan mereka dari habitatnya, pemisahan mereka dari keluarganya, pengisolasian, hingga pada akhirnya mereka siap ditampilkan.
Edukasi itu sendiri hanya dapat dimanfaatkan manusia, namun sejatinya kebun binatang tidaklah memberi banyak manfaat bagi hewan-hewan di dalamnya, dan dapat saya bilang edukasi yang disajikan kebun binatang adalah edukasi yang keliru. Mengapa menjadi edukasi yang keliru?, karena wilayah jelajah harimau bisa mencapai ratusan km2, akan menjadi edukasi yang keliru jika anak menyerap bahwa harimau bisa hidup dikandang dengan luas yang terbatas dan menunggu makanan yang sudah disediakan.

Salah satu solusi yang dapat dilakukan bagi mereka yang ingin belajar lebih dalam tentang hewan liar adalah datang ke taman nasional, karena taman nasional kaya akan edukasi riil, melihat mereka hidup di dalam habitat aslinya, melihat mereka memetik/berburu sendiri makanannya, melihat cara hidup mereka yang berkelompok maupun soliter dari kejauhan.

Tempat Perlindungan dari Kepunahan (?)

Minimnya pengetahuan/kepedulian masyarakat mengenai hewan menyebabkan masyarakat percaya bahwa salah satu fungsi dari kebun binatang adalah tempat perlindungan hewan dari kepunahan. Mereka berpikir bahwa hewan sebaiknya di tempatkan di kebun binatang agar tetap sehat, makan teratur dan jauh dari kepunahan yang disebabkan penyakit hingga perburuan liar. Terlepas dari berbagai macam alasan kepunahan hewan-hewan tersebut, tidak berarti mereka harus hidup di dalam kandang dengan hak-hak yang lebih sedikit hingga di batasi.

Jika berbicara mengenai kesehatan, entah sejak kapan manusia sudah membentengi dirinya agar terlindung dari hujan, terik matahari, hingga penyakit. Di sadari maupun tidak di sadari, manusia selalu berevolusi untuk menjauh dari alam, itu menunjukan bahwa manusia (belajar) tidak siap hidup di alam bebas. Berbeda dengan hewan liar yang lahir, tumbuh hingga besar yang memang selalu di hadapi ancaman langsung dari alam. Hanya yang kuat yang mampu bertahan dan mengembangkan dirinya. 
Di alam bebas, hewan secara alamiah membangun anti-body yang selalu diperbaharui atau ia mati jika memang tidak mampu bertahan. Namun, begitu juga dengan kuman, ia akan memutasikan tubuhnya jika ia tak lagi sanggup menyerang tubuh sasarannya. Anti-body yang dengan natural terbangun sudah sangat cukup melindungi kesehatan mereka dari segala wabah penyakit, mereka bahkan tidak mengenal antibiotik. 

Kebun binatang bukanlah jawaban tepat bagi mereka yang berharap tidak ada kepunahan dari satwa liar. Faktanya, banyak hewan yang mati di dalam kebun binatang, di karenakan stress ataupun asupan makanan yang kurang. Bagi hewan yang seharusnya hidup soliter akan menjadi stress jika ia dikelilingi banyak pengunjung. Mari ambil contoh harimau, harimau sangat sensitif terhadap kehadiran manusia, mereka bahkan tidak bisa hidup jika terlalu banyak aktivitas yang dilakukan manusia. Mereka diciptakan dengan otot dan intuisi yang kuat untuk berburu, bila mereka tidak berburu, maka menurunlah fungsi otot dan insting berburu yang dapat menyebabkan pengurangan jangka hidup.

Menjadi Tempat Rekreasi (?)

Masih banyak sekali masyarakat yang berbondong-bondong pergi ke kebun binatang di akhir pekan. Memberi makan hewan-hewan, dan berfoto. Bahkan kebun binatang menyediakan berbagai acara pertunjukan hewan (animal show), berfoto dengan singa maupun harimau, berfoto dengan burung-burung eksotis. Namun, lagi-lagi, minimnya pengetahuan/kepedulian masyarakat mengenai hewan, masyarakat tidak melihat/merasa ada yang salah dari setiap keseruan yang ditawarkan, padahal, masyarakat tidak perlu menjadi ahli satwa untuk melihat kesengsaraan mereka, masyarakat hanya harus melihat dari sudut pandang satwa, mencoba merasakan posisi yang sedang mereka hadapi. Hewan diciptakan bukan semata-mata untuk menjadi media edukasi apalagi hiburan, hewan tidak diciptakan untuk dikurung di suatu tempat yang manusia inginkan. 

Bahwasanya hewan-hewan buas dan liar di kebun binatang adalah tetap hewan buas dan liar, mereka tidak bisa jinak atau menjadi hewan yang dapat dipelihara hanya karena mereka sudah lama/lahir di kebun binatang. Maka dari itu, pasti ada proses panjang yang menyakitkan untuk mereka sampai di panggung pertunjukan, mereka di siksa, di buat lapar hingga di isolasi, untuk mengikuti semua instruksi pelatih. Jadi, dibalik keseruan dari pertunjukan tersebut, ada hewan yang hidup dalam keterbatasan, ketakutan, hingga pada akhirnya pasrah.

Saya menyebut kebun binatang adalah tempat eksploitasi hewan yang legal dengan dalih edukasi, tidak perlu menjadi ahli satwa atau volunteer PETA untuk menjadi suara mereka (hewan liar yang tereksploitasi), bagikan 1 s/d 2 video atau artikel tentang eksploitasi hewan atau kekerasan pada hewan di media sosial per-hari, mengajak masyarakat menonton/membaca 1 s/d 2 kasus setiap hari akan membuat masyarakat sedikit demi sedikit peduli.

Cara saya membantu mengurangi eksploitasi hewan adalah dengan tidak mendukung/membeli tiket kebun binatang dan atau acara yang melibatkan hewan liar di dalamnya.

"if you can't help them at least don't hurt them" -Dalai Lama

"Please help animals, be their voice" -Unknown




Ini adalah bagian yang saya senangi saat kesedihan lama yang sudah mengkristal, lalu coba saya cairkan dan menjadikannya uap. Menghirupnya dalam-dalam, hingga membiarkannya mengalir ke setiap kanal otak. Menikmati setiap kegelisahan, kemuraman dan mengalirkannya menjadi ocehan yang saya tata hingga (semoga) rapi.
.
Kesedihan itu tumbuh dengan usia,
ia menjadi dewasa,
menghidupi hidup dengan segala romansanya,
membiarkan nasib dan takdir ikut masuk dan bergumul didalamnya.

Berkat kesedihan yang semakin kian tumbuh,
dunianya menjadi kadung gelap,
ia tak tahu bagaimana menciptakan jalan keluar,
ia tak tahu apakah jalan keluar adalah sesuatu yang bisa dicari,
apakah ada seseorang yang akan membuangnya disisi jalan?
apakah ada yang akan membagikannya kepada orang membutuhkan?
ia hampir membuntungi kepalanya sendiri demi sebuah jalan keluar,
adakah yang memiliki jalan keluar lebih?
jika ada, sehebat apa orangnya?

Dunianya telah berbeda,
keheningan memanjang,
ia sepenuhnya melupakan,
melupakan bahwa kebahagiaan pernah ada,
kakinya memijak ke tempat dimana tak seorangpun takjub pada dirinya,
pada dirinya, ada kosong yang perih di sekujurnya.

Namun, biarkan lah ia tumbuh bersama kesedihannya,
saya menikmati setiap serapan yang tersusun didalamnya,
tempat saya pulang saat keriuhan sudah tak dapat diredam.

J.G

nice Instagram is a wonderful thing. It joins us all together and introduces us  to t... by http://www.danazhome-decorations.xyz/home-interiors/instagram-is-a-wonderful-thing-it-joins-us-all-together-and-introduces-us-to-t/


Sejak satu minggu terakhir,
yang sering terlintas dan mengisi saat tidak memikirkan apapun adalah apa yang akan terjadi disaat saya memasuki usia 24 tahun nanti?

lalu, pertanyaan selanjutnya, apakah pemilihan prioritas dalam hidup saya akan membaik atau malah memburuk?

parameter seperti apa yang akan saya miliki kelak untuk mencapai standar rasa bahagia hingga rasa sedih?

apakah saya akan menjadi seorang pemaaf atau malah pendendam?

apakah saya akan terus membeli buku atau malah menyingkirkan buku?

jika saya memuntahkan semua hal yang pernah saya lakukan selama ini, apakah saya akan terus hidup dengan cara yang sama?

siapa sajakah orang yang saya sakiti hatinya?

manusia seperti apa Julia selama ini?

adakah mimpi yang sudah mulai saya tekuni agar menjadi kenyataan?

meski tak seharusnyalah saya mengkhawatirkan segudang hal yang sudah seharusnya saya hadapi.
kekhawatiran ini berangkat dari rasa yang tidak seperti biasanya.
Disetiap akan berganti usia, tidak pernah ada sekelumit sekalipun tentang kekhawatiran yang saya rasa malah akan menjadi beban, yang terlintas justru hanya tidak sabar tentang kado apa yang akan saya terima?.
Diakhir usia 23 tahun ini rasanya berbeda, saya lebih kritis tentang apa yang sudah dan kelak harus saya lakukan. Entah apa penyebabnya.



Sabtu malam di Bali menjadi klimaks,
arak bali begitu baik,
saya dan teman-teman membawa masing-masing cerita,
dan mereka menjadi orang-orang yang saya percaya kredensialnya,
mereka tidak menilai,
mereka memberi saya ruang untuk bermonolog.

Sesaat saya mendekam dalam ingatan,
tingkah konvensional mereka memecah keheningan,
agaknya arak bali melampaui ekspektasi kami,
Oga menjadi seketika berdansa dan berbahasa Inggris,
Ihsan yang akhirnya berdansa dengan Nirvana,
dan Bang Cun yang mendadak menjadi penatar Oga agar gerakannya tetap mengikuti irama.

Sesungguhnya tidak sedikit saksi "Monumen Sanur Bahagia",
namun sayangnya mereka bukan bagian dari era millenial,
tidak ada yang merekam kami dengan kamera telepon genggam.

Perihal mengenai "Monumen Sanur Bahagia",
spontanitas Oga pada saat mabuklah yang menentukan tema momen tersebut, dan membuat tawa kami semua pecah.

Saat momen berdansa selesai,
kami berempat terlentang dengan pemandangan bintang yang beberapa kali terjatuh dan kami menjadi saksinya.

Terus terang, malam itu seperti proses spiritual bagi saya,
saya mencipta mesin waktu di kepala,
dan mengembalikan momen saat semuanya masih terasa baik-baik saja,
ada sekelumit hal yang berpendar di kepala saya entah sebelah mana,
saya ingin bertemu,
tapi nanti,
mungkin beberapa tahun kedepan,
saya ingin menyodorkan pertanyaan-pertanyaan akan apa yang belum saya mengerti dari beberapa pernyataannya, atau mungkin saya yang akan bercerita padanya tentang semua hal yang terjadi beberapa tahun setelah kepergiannya.

Kesadaran atas kelangkaan momen pada malam itu menjadi daya tarik untuk saya tulis,
yang saya sadari adalah,
kami berempat sengaja dipertemukan dan digiring,
tidak ada yang kebetulan didunia ini,
masing-masing dari kami berada di titik yang menurut saya masih dalam lini yang sama,
kegelisahan atas hidup, berusaha lari dari zona yang terlalu nyaman,
dan memiliki rasa rindu, mulai dari kekasih, keluarga, dan masa lalu.

Bali, November 2017.

J.G







Before Sunrise   http://fashiongrunge.com/2014/09/06/movie-crush-before-sunrise/

Hampir setiap tengah malam,
tubuh saya terlentang, tangan berada diatas dahi,
seperti orang berpikir,
namun tak ada yang terpikir.

hanya flash back satu momen saat saya menjemput kepulangannya dari Yogyakarta,
menerka-nerka akan seperti apa rasanya, setelah 6 bulan tak bersua,
hati berdegup kencang, sama seperti sore itu pada 7 tahun lalu.

Rambutnya lebih panjang dari setiap foto yang rutin Ia kirim,
kulitnya jauh lebih gelap,
kosa katanya jauh lebih beragam,
sudut pandangnya jauh lebih luas.

Sejauh itukah 6 bulan ?

Saya orang yang paling bahagia pada saat itu,
ketidak sempatannya memberi kabar pada saat disana,
Ia bayar dengan obrolan non-stop di teras rumah saya.

beberapa menit disela-sela waktu saat ia sedang asik bercerita,
saya asik sendiri menikmati kebanggaan atas apa yang Ia dapat disana,

Kau tumbuh pesat,
persis dengan apa yang kau inginkan,
semua ceritamu menjadi hal yang baru bagi saya,
kosa kata yang kau bawa menjadi hal menyenangkan untuk didengar,
betapa bangganya,
kau berada ditempat yang tepat.

Hampir 2 minggu berlalu,
saat diperjalanan mengantarkannya untuk kembali pulang,

"Yang harus kamu ingat,
kalau sebelum kamu naik bus saya menangis, bukan maksud saya memberatkan,
tapi saya hanya terlalu bersemangat untuk kamu kembali kesana,
menyusun jalan untuk kembali lagi kesini."

Lost, Lost, Lost, Jonas Mekas (1976)

Saya dan kamu adalah cerita yang saya buat,
saya bahkan sudah mengetahui akhir cerita sebelum saya menulisnya,
bagai nelayan melaut dengan dayung dan tanpa membawa jaring, 
melawan badai, perubahan arus dan sudah mengetahui ia akan pulang tanpa membawa apa-apa,

Sejauh ini saya hanya akan melakukan yang mau saya lakukan,
terlebih saya seorang masokis,
saya senang menyakiti dan menyusahkan diri sendiri,
maka tak ayal saya senang menjalin hubungan denganmu,

Anggap saja ini distraksi dari tentang hidup yang memaksa saya untuk terus menjadi seorang realis,
tentang hidup yang penuh hambatan hingga kegagalan yang membuat semangat padam,
tentang keadaan hati dan mental yang rentan karena tekanan,
dan ketakutan akan tidak jelasnya masa depan.

J.G
Vancouver Sea Wall….

"Ketika semua hal yang menyenangkan tak lagi menyenangkan, ketika kesedihan menyeruak dengan paksa hingga mengendap didalam ingatan, pergilah ke tempat nun jauh."

Ada berapa banyak orang yang melakukan kesalahan dengan sadar?
Ada berapa banyak orang yang tenggelam dalam kesalahannya?
Ada berapa banyak orang yang pergi karena rasa sesal?

Di beberapa malam, saya dipenjara dan dipaksa memuntahkan semua kesalahan yang dengan sadar saya perbuat, bertukar rasa jika-saya-adalah-dia, dan semua kalimat pembelaan pada waktu itu yang mati-matian saya ungkapkan terasa seperti sampah, hingga rasa sesal semakin menyesakkan.

 The view out of the plane window  "When you love someone you have to be careful with it, you might never get it again."

Saya pergi membawa semua sesal, meninggalkan semua tanpa memilih untuk tetap pada apapun dan siapapun.
Entah kebahagiaan macam apa yang membuat saya mengorbankan kepercayaannya, kepercayaan atas semua yang saya lakukan, mengorbankan cintanya yang selalu ingin tumbuh bersama-sama.

Saya pergi dan masih berharap semesta dan mimpi kita yang saya harap akan selalu sama membawamu ketempat yang saya pilih menjadi tempat penebusan dosa.